Selasa, 24 Juli 2018

Harga Melonjak, Warga Tangsel Beralih Konsumsi Telur Pecah

Beritapusat99 - Akibat lonjakan harga telur di pasaran, kini masyarakat luas khususnya Tangerang Selatan (Tangsel) lebih memilih beralih mengonsumsi telur pecah. Meskipun penelitian secara medis mengungkapkan, dalam telur yang retak dan pecah itu terdapat bakteri berbahaya yang mengancam kesehatan.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel), Tulus Muladiyono, memaparkan, telur pecah sangat tidak baik bagi kesehatan tubuh lantaran mengandung bakteri Salmonella. Bakteri itu dengan mudah masuk kedalam bagian dalam telur melalui retakan di dinding telur.

"Sekarang lagi booming masyarakat, khususnya di Kota Tangsel ramai-ramai membeli telur pecah itu karena harganya jauh lebih murah. Padahal secara kesehatan telur pecah atau retak itu bisa dengan mudah dimasuki bakteri dan sumber penyakit, umumnya bakteri Salmonella yang dapat menyebabkan seseorang terkena typus," ungkap Tulus di kantornya, Jalan Rawa Buntu, Ciater, Serpong, Rabu (25/7/2018).

Dijelaskannya, selama ini kebanyakan masyarakat menganggap bahwa protein dalam telur pecah sama dengan isi kandungan protein telur yang normal. Padahal menurut Tulus, kondisinya berbeda, ada beberapa faktor yang membuat telur pecah menjadi berbahaya untuk dikonsumsi.

"Sangat berbahaya. Pertama, retakan atau pecahan itu bisa memudahkan bakteri masuk, paling lama kondisinya 3 jam sejak telur itu retak, selanjutnya tak layak dikonsumsi. Kedua, soal kemasan saat dari pertama diambil dari kandang kemudian dikirim ke tujuannya, kan namanya telur memang nggak pernah dicuci jadi langsung dijual, itu yang buat tidak higienis kalau telurnya ada pecahan," imbuh Tulus.

Meskipun telur pecah dimasak hingga matang, dilanjutkannya, upaya itu dinilai sia-sia lantaran kandungan proteinnya sudah lenyap. Dengan begitu, dia menganalogikan bahwa mengonsumsi telur pecah sama beresikonya dengan mengonsumsi ayam bangkai (ayam tiren).

"Sekalipun dimasak sampai matang, mungkin bakterinya akan mati, tapi ya percuma karena kandungan proteinnya sudah hilang. Belum lagi nanti kebanyakan akan mengeluarkan aroma tak sedap, sama seperti kita mengonsumsi ayam tiren, nggak gizinya, justru malah membawa penyakit," terangnya lagi.

Masih kata dia, dampak dari bakteri Salmonella biasanya membuat seseorang menjadi mual, muntah-muntah, lalu diare. Selanjutnya, suhu tubuh akan meninggi hingga menyebabkan orang yang mengonsumsi telur pecah menderita typus.

"Bakteri Salmonella itu akan menyerang saluran pencernaan. Jadi kita mengimbau masyarakat agar memperhatikan kesehatan, jangan mengonsumsi telur pecah meski harganya jauh lebih murah dari telur yang bagus dan normal. Sebaiknya dicari alternatif lain sebagai asupan protein," pungkasnya.


Sebelumnya diketahui, penjualan telur pecah di pasar-pasar tradisional seperti pasar Ciputat dan pasar Serpong terus meningkat. Para pembeli rata-rata memburunya lantaran harga yang lebih murah, yakni sekira Rp22 ribu perkilo, dibandingkan harga telur normal yang kini telah mencapai Rp32ribu perkilo.

"Iya harganya lebih murah, dan kebanyakan pembelinya itu orang yang usaha warung makan seperti saya ini, atau pedagang lainnya yang butuh campuran telur, ada juga yang buat dikonsumsi pribadi," ucap Maya, pemilik usaha warung makan di daerah Serpong.

0 komentar:

Posting Komentar